Brazil kembali dibayangi hantu final Piala Dunia 1950

Timnas brazil
Di atas semua kesuksesan yang berkenaan dengan kostum kuning mereka yang terkenal itu, Brazil tak pernah merasa tenang ketika harus melawan Uruguay.

Semifinal Piala Konfederasi Rabu waktu setempat nanti di Belo Horizonte akan menjadi pertemuan ke-71 antara dua negara Amerika Selatan bertetangga itu.


Dan bagi warga Brazil pertandingan itu akan mengingatkan pada mimpi buruk 63 tahun lalu yang terus menggelayuti Selecao hingga sekarang. Piala Dunia 1950 di Brazil seharusnya menjadi milik tuan rumah karena mereka menjadi tim terbaik di dunia.


Tapi mereka malah harus menyaksikan kekalahan paling traumatis hingga kemudian muncul istilah 'Maracanazo' (Hantaman Maracana).

Tim pimpinan penyerang Zizinho yang turun ke gelanggang menentukan di sebuah stadion yang baru saja dibangun di Rio de Janeiro, Stadion Maracana, hanya memerlukan hasil seri untuk menjuarai turnamen bergengsi untuk pertama kalinya.

Pada 16 Juli, pada hari pertandingan itu digelar, koran Rio "O Mundo" menurunkan headline berjudul "THESE ARE THE WORLD CHAMPIONS!" beserta pajangan foto tim. Sekitar 200.000 orang membanjiri stadion raksasa ini demi persiapan merayakan kemenangan.

Uruguay yang maju ke final setelah menang tipis dari Swedia pada pertandingan sebelumnya, sepertinya akan menjadi korban Brazil berikutnya, apalagi Friaca membuat Brazil unggul pada babak kedua.

Juan Alberto Schiaffino lalu bmenyamakan kedudukan, tapi Brazil masih berada di jalur juara sampai kemudian gelandang Uruguay Alcides Ghiggia mengejutkan kiper Barbosa dari Brazil dengan sepakan pelan pada menit 79 yang sekaligus membungkam stadion raksasa itu.

"Hanya tiga orang yang bisa membungkam 200.000 penonton Maracana," kata Ghiggia suatu ketika. "Frank Sinatra, Paus Yohanes Paulus II, dan saya." Uruguay, bukan Brazil, menjadi juara dunia, sedangkan tuan rumah tenggelam dalam duka. Barbosa menjadi kambing hitam dan hanya sekali lagi bermain untuk negerinya. Dia dikabarkan bunuh diri.

Nelson Rodrigues yang adalah sastrawan, jurnalis dan novelis Brazil, menggambarkan duka Brazil itu sebagai bencana nasional yang melanda seisi negeri, "seperti Hiroshima," kata dia seperti dikutip AFP. "Malapetaka kami, Hiroshima kami, adalah kalah dari Uruguay pada 1950." Kemudian suratkabar Correio da Manha menggelar kompetisi membuat kostum nasional untuk menggantikan salur putih yang tak inspiratif itu yang dikenakan para pemain Brazil di final.

Pemenang kompetisi adalah ilustrator berusia 19 tahun bernama Aldyr Garcia Schlee, yang mengombinasaikan warna kuning, hijau dan biru dalam bendera kebangsaan Brazil pada kostum nasional yang kemudian dipakai sampai kini. Schlee yang lahir di kota perbatasan Jaguaro, mengaku kepada pengarang Inggris Alex Bellos dalam buku terbitan 2002 berjudul Futebol: The Brazilian Way of Life' bahwa dia adalah pendukung setia Brazil, kendati dia ada di perbatasan dengan Uruguay.

Uruguay yang selama tiga abad pertama terjebak di antara imperium Spanyol dan Portugis merdeka dari Brazil pada 1828. Sejak itu ada nafsu balas dendam dari Uruguay, dengan pelampiasannya di lapangan hijau. 
Kekalahan terbesar Brazil, 6-0 yang terjadi pada September 1920, juga dari tangan Uruguay.

La Celeste dua kali mengalahkan tetangganya ini pada final Copa America. Pertama, timnas Brazil yang diperkuat Socrates takluk terhadap Uruguay pada 1983, sedangkan pada final tahun 1995 Brazil yang diperkuat lima pemain yang setahun sebelumnya menjungkalkan Italia pada final Piala Dunia, dikalahkan Uruguay dengan skor 5-3 lewat adu penalti di Montevideo.

Brazil baru membalas tuntas Maracanazo dengan menumbangkan Uruguay pada final Copa America 1989 di Maracana. Romario menciptakan gol semata wayang yang menjadi penentu kemenangan Brazil lewat sundulannya. Kendati begitu kenangan final Piala Dunia 1950 tak pernah padam.

Pada 2014, para pemain Brazil akan menjajal lapangan Piala Dunia Brazil untuk pertama kalinya sejak Zizinho dan rekan-rekannya meninggalkan Maracana secara mengenaskan enam dekade silam.

Kini, meskipun Brazil sudah lima kali menjuarai Piala Dunia dan difavortikan memenangi laga semifinal Piala Konfederasi melawan Uruguay nanti, kemenangan yang mungkin diraih hanya setengah penghibur semata, demikian AFP.

Comments

2 Comments

RSS

Silahkan berkomentar blog ini dofollow tinggalkan komentar dan jejak lin anda di [ Newbie of SEO ] berkomentar sesuka hati, mau hujatan, caci dan maki terserah..

Copyright @ 2013 Newbie of SEO. Designed by Templateism | MyBloggerLab